GUNTUR DI BALIK AWAN
Lintang
Pandang
Empat orang sahabat yang telah bersahabat enam tahun
lamanya. Clarisa Anjasmara, akrab disapa Clarisa atau yang lebih singkatnya
lagi Risa merupakan perempuan dengan semua bakatnya. Dia memiliki sahabat
bernama Cherlyana Alika. Risa dan Lika juga memiliki banyak kesamaan, salah
satunya sama-sama menyukai dunia musik.
Tanpa satu hari pun mereka lewati sendiri. Setiap hari
dan setiap saat mereka sering menghabiskan waktu bersama, apalagi sekarang
mereka satu kelas di Nasional High School. Diantara semua kesamaan yang mereka
miliki, mulai dari hobi, gaya pakaian, makanan kesukaan, dan lainnya, ada satu
yang berbeda diantara keduanya, yaitu Lika yang berbeda dengan Risa karena dia
bisa dibilang perempuan yang sangat memperhatikan penampilan dan juga manja.
Azka Ardelardo, sering dipanggil Azka yang merupakan anak
basket di Nasional High School. Dia juga punya sahabat namanya Ervano Gavin.
Vano, pria tinggi, multitalenta, dan yang pasti berprestasi. Kelas mereka berdua
hanya berbatasan tembok dengan kelas Risa dan Lika. Mereka berempat bersahabat
sampai sekarang, hingga perasaan yang berbeda muncul pada Risa. Sejak ulang
tahunnya yang lalu, Risa merasa Azka merupakan orang yang special untuknya dan tiba-tiba dia menyimpan rasa terhadap Azka.
Risa sendiri tidak tahu bagaimana Azka menganggap dirinya. Akan tetapi, dari
perhatian yang ditunjukkan, Azka sepertinya memiliki perasaan yang sama
terhadap Risa.
Semakin hari, mereka semakin terbuka dengan perasaannya.
Sudah tidak sungkan lagi mereka saling dekat, tetapi masih dalam persahabatan.
Mereka menganggap tidak ada yang lebih indah dari sahabat. Mereka tidak seperti
anak jaman sekarang. Pacaran, kebiasaan anak muda sekarang yang hanya membuang-buang
waktu yang berharga bagi mereka. Mereka memilih mempertahankan persahabatannya.
Hal ini juga terjadi dengan Lika dan Vano. Akan tetapi, Lika dan Vano masih
terlihat sungkan untuk sanling mengungkapkan perasaannya. Mereka selalu digoda
oleh Risa dan Azka dan respon yang diberikan hanya senyuman malu diantara
keduanya.
***
Beberapa minggu terakhir, mereka disibukkan dengan banyak
tugas masing-masing hingga mereka jarang kumpul seperti sebelumnya. Malam ini,
Azka akan ke rumah Risa untuk sekedar ingin bertemu. Sejak hubungan mereka
lebih dekat, mereka memang sering menghabiskan waktu berdua. Kebetulan orang
tua Risa sedang berada di luar kota dan di rumahnya hanya ada kakaknya.
Sampailah Azka di depan gerbang rumah Risa. Azka masuk
melalui pintu gerbang yang terbuka dan mengetuk pintu rumah Risa. Risa yang
sedang berada di kamarnya kemudian keluar dan menyuruh Azka untuk duduk di
taman belakang rumah. Biasa dibilang taman ini memang basecamp atau tempat nongkrong untuk siapa saja yang datang ke
rumah Risa. Mereka ngobrol seputar kesibukan mereka masing-masing dan Azka pun
terpikir suatu hal.
“Beberapa hari ini kita sibuk banget sama semua tugas dan
membuat kita semua, aku, kamu, Lika, dan Vano jadi jarang banget kumpul dan aku
kepikiran kalau lusa kita kan libur
dua hari, gimana kalau kita semua hiking
bareng aja?” kata Azka.
“Hiking? Kamu
serius?” tanya Risa.
“Yaa…kita ke Gunung Gede aja, kan deket dari Jakarta dan
kita bisa lewat jalur Cibodas.” Jawab Azka.
“Yaa…yaudah mending sekarang aku telfon Lika dan kamu
telfon Vano buat kasih tahu hal ini.” kata Risa.
Mereka memberi tahu Lika dan Vano. Lika telah
diperbolehkan oleh orang tuanya, begitu juga dengan Vano. Mereka membagi tugas
barang yang harus dibawa dan apa saja yang harus dipersiapkan bersama. Hingga
menjelang larut malam, Azka memutuskan untuk pulang.
***
Hari perjalanan pendakian mereka ke Gunung Gede pun
datang. Mereka berangkat
pukul tujuh pagi. Perjalanan kurang lebih tiga jam dari Jakarta menuju Cibodas
dengan kendaraan roda dua. Mereka pun sampai di batas desa terakhir sekaligus
jalur awal pendakian. Setelah mengecek perlengkapan, mereka bergegas menuju pos
penjagaan untuk mengurus beberapa persyaratan pendakian dan data diri.
Jarak dari gerbang menuju
pos tidak terlalu jauh, tetapi untuk Lika yang jarang jalan lama dan
panas-panasan akan terasa sangat melelahkan. Padahal ini belum seperempat dari
perjalanan mereka nanti. Mereka mulai semua dengan melangkah. Perjalanan sampai
puncak kurang lebih memakan waktu enam sampai delapan jam. Perjalanan
dilanjutkan, mereka masih melewati perkebunan sayur sebelum memasuki Hutan Pinus. Tampak segerombolan ibu-ibu
pekerja tengah menikmati makanannya sambil memperhatikan mereka. Risa pun
menyapa ibu-ibu itu dengan senyumannya.
Jalan menanjak tajam
semakin membuat Lika lelah. Vano berada di belakang Lika sambil memberi
semangat dan menanyai apakah Lika masih mampu melanjutkan perjalanan atau perlu
istirahat sejenak. langkah kaki semakin melambat. Pukul 13.00 WIB mereka sampai
di pos pertama yaitu Telaga Biru untuk beristirahat, makan siang, dan sholat.
Tawa dan canda mereka dapat menghilangkan semua lelah. Alunan langkah kaki
dengan terik sang surya yang menancap tinggi di angkasa tak mereka rasakan.
Hamparan lautan hijau
dengan tiupan angin menemani setiap jejak mereka. Tiba-tiba Lika berteriak.
Risa dan Azka yang berada di belakang langsung lari mendekati Lika. Ternyata kaki
Vano terluka karena terkena batang rotan pada tungkainya. Segera Lika membasahi
kain untuk membersihkan luka Vano. Risa mengeluarkan kotak P3K untuk mengambil
penutup luka. Lika membalut luka Vano dengan sangat hati-hati. Setelah itu,
mereka melanjutkan perjalanan dengan perlahan.
Medannya semakin terjal
sehingga langkah kaki kembali melambat. Mereka harus melewati akar-akar pohon
dengan kemiringan sekitar 40 derajat. Azka tidak yakin kalau mereka dapat sampai
puncak malam ini. Dia khawatir dengan Risa dan Lika kalau mereka akan
kelelahan. Tepat pukul 16.00 WIB peluh mereka terhenti saat sampai di Kandang
Batu. Mereka berbagi tugas untuk mendirikan tenda dan mencari kayu bakar. Tenda
telah berhasil didirikan. Terlihat sang raja siang mulai berjalan kembali ke
peraduannya. Mereka sangat menikmati setiap detik onggokan jingga pergantian
hari dengan munculnya ratu malam.
Udara Kandang Batu malam
itu begitu menusuk tulang. Pancaran sinar merah dari api dapat sedikit
menghangatkan badan sambil memakan bekal mereka. Dibuatkanlah Azka segelas
coklat hangat oleh Risa. Mereka duduk bersebelahan dengan Lika dan Vano yang
sedang menikmati mie instan bersama. Setelah pukul delapan malam mereka
memutuskan untuk tidur dan bangun pagi hari untuk menikmati sunrice.
***
Azka bangun bersama Vano
pukul empat dini hari, kemudian membangunkan Risa dan Lika yang masih tertidur
lelap karena kelelahan. Setelah itu, mereka menunggu datangnya sang bagaskara
di atas bukit dekat dengan tenda mereka. Ufuk timur mulai menampakkan pancarannya.
Raja siang berjalan perlahan bersama iringan angkasa yang bermega. Sungguh
indah sambil dinikmati bersama sahabat. Setelah menikmati keindahan itu, mereka
mulai berkemas untuk melanjutkan perjalanan ke puncak.
Langkah dan semangat baru
muncul serta harapan mereka dapat sampai di puncak Gunung Gede bersama.
Perjalanan mereka berlanjut hingga sampai di Kandang Badak. Mereka disambut
dengan kabut tebal dan udara yang sangat dingin disertai dengan gerimis.
Bebatuan dan tanah menjadi licin. Kaki Risa tergelincir, badannya terjatuh menuju jurang. Vano yang posisinya
di dekat Risa langsung menggapai tangan Risa, tetapi tanah yang licin mebuat
Vano ikut terjatuh. Kepalanya terbentur batu dan badannya terguling hingga
menabrak pohon. Sedangkan kaki Risa tersangkut ranting pohon.
Azka berlari menolong
mereka dan menyuruh Lika agar tetap berada di atas. Azka turun ke arah Risa
untuk melepaskan kakinya dari jeratan ranting pohon. Kakinya penuh darah dan
kemudian Risa digendong Azka ke atas. Lika mengeluarkan kain seadanya untuk
membersihkan luka Risa dan Azka kembali menolong Vano. Vano masih bisa
berjalan, dengan jidat berdarah dibantu Azka ke atas. Luka Risa telah
dibersihkan oleh Lika, tetapi darah masih sedikit keluar. Risa kesakitan
kemudian Azka membantu menenangkan dan mengobati lukanya perlahan. Darahnya
telah membeku dan luka itu ditutupi Azka dengan kasa, sedangkan jidat Vano
telah dibalut dengan plester oleh Lika.
Setelah membersihkan
pakaian yang kotor dan suasana yang telah membaik, mereka melanjutkan
perjalanannya menuju puncak. Risa yang masih belum mampu berjalan dengan baik,
kemudian dibantu Azka. Risa terlihat kedinginan dan dikeluarkanlah jaket Azka
dari tas untuk sedikit menghangatkan badan Risa. Medan semakin berat membuat
kaki Risa tidak memungkinkan lagi untuk berjalan. Dengan langkah yang sangat
perlahan sambil tangan Risa dirangkulkan ke pundak Azka, mereka mencoba
melangkah sedikit demi sedikit.
Waktu menunjukkan pukul
12.30 WIB dan akhirnya mereka telah sampai di puncak Gunung Gede. Tangis haru
menyertai mereka. Dengan semua rintangan mereka dapat sampai di puncak Gunung
Gede besama. Mereka menikmati indahnya pemandangan dari ketinggian 2.958 Mdpl.
Mereka sebenarnya ingin tetap tinggal selama semalam di sana, tetapi cuaca yang
kurang baik dan udara yang terlalu dingin, mereka memutuskan untuk tidak
mendirikan tenda di puncak. Pukul 14.00 WIB mereka mulai kembali perjalanan
untuk turun.
Indahnya Gunung Gede,
membuat mereka memilih untuk menginap semalam lagi di Kandang Batu. Perjalanan
kurang lebih empat jam telah mereka tempuh dengan beberapa kali istirahat dan
pukul 18.00 WIB mereka sampai di Kandang Batu. Tenda kembali didirikan dan
bekal makanan mereka tersisa sedikit. Akan tetapi, itu semua tidak terlalu
mereka masalahkan, yang terpenting mereka dapat kembali dalam keadaan selamat
dan selalu bersama. Mereka saling bercerita dengan canda tawa sambil makan sisa
bekal mereka. Sebelum larut malam mereka telah beristirahat, apalagi untuk Risa
yang harus memulihkan kakinya.
***
Keesokan harinya, mereka
berkemas dan bergegas turun kembali ke Cibodas. Azka mengantarkan Risa pulang
naik taxi, karena tidak memungkinkan
keadaan Risa sekarang jika Azka mengantarnya dengan motor. Sedangkan motor Azka
dibawa oleh orang yang dibayar untuk mengendarai motornya sampai ke rumahnya.
Azka berencana akan mengantar Risa ke Klinik untuk melihat kondisi kakinya.
Vano yang keadaannya telah
membaik dapat mengantarkan Lika kembali ke rumahnya. Luka Vano tidak begitu
parah, sehingga Vano tidak ingin memeriksakannya ke dokter. Perjalanan mereka
berempat berpisah di Cibodas untuk kembali menuju rumah mereka masing-masing.
Perjalanan mendaki Gunung Gede merupakan perjalanan yang sangat penuh arti.
Mulai dari persahabatan hingga kebersamaan yang sangat indah. Semua hal buruk
dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, yang diperlukan hanyalah saling
menjaga satu sama lain. Mereka tidak akan pernah melupakan perjalanan ini
hingga suatu saat nanti mereka telah memiliki hidup baru.
stay tune 🌵🌹