Kamis, 29 November 2018

Cerpen by Lintang Pandang


GUNTUR DI BALIK AWAN
Lintang Pandang

            Empat orang sahabat yang telah bersahabat enam tahun lamanya. Clarisa Anjasmara, akrab disapa Clarisa atau yang lebih singkatnya lagi Risa merupakan perempuan dengan semua bakatnya. Dia memiliki sahabat bernama Cherlyana Alika. Risa dan Lika juga memiliki banyak kesamaan, salah satunya sama-sama menyukai dunia musik.
            Tanpa satu hari pun mereka lewati sendiri. Setiap hari dan setiap saat mereka sering menghabiskan waktu bersama, apalagi sekarang mereka satu kelas di Nasional High School. Diantara semua kesamaan yang mereka miliki, mulai dari hobi, gaya pakaian, makanan kesukaan, dan lainnya, ada satu yang berbeda diantara keduanya, yaitu Lika yang berbeda dengan Risa karena dia bisa dibilang perempuan yang sangat memperhatikan penampilan dan juga manja.
            Azka Ardelardo, sering dipanggil Azka yang merupakan anak basket di Nasional High School. Dia juga punya sahabat namanya Ervano Gavin. Vano, pria tinggi, multitalenta, dan yang pasti berprestasi. Kelas mereka berdua hanya berbatasan tembok dengan kelas Risa dan Lika. Mereka berempat bersahabat sampai sekarang, hingga perasaan yang berbeda muncul pada Risa. Sejak ulang tahunnya yang lalu, Risa merasa Azka merupakan orang yang special untuknya dan tiba-tiba dia menyimpan rasa terhadap Azka. Risa sendiri tidak tahu bagaimana Azka menganggap dirinya. Akan tetapi, dari perhatian yang ditunjukkan, Azka sepertinya memiliki perasaan yang sama terhadap Risa.
            Semakin hari, mereka semakin terbuka dengan perasaannya. Sudah tidak sungkan lagi mereka saling dekat, tetapi masih dalam persahabatan. Mereka menganggap tidak ada yang lebih indah dari sahabat. Mereka tidak seperti anak jaman sekarang. Pacaran, kebiasaan anak muda sekarang yang hanya membuang-buang waktu yang berharga bagi mereka. Mereka memilih mempertahankan persahabatannya. Hal ini juga terjadi dengan Lika dan Vano. Akan tetapi, Lika dan Vano masih terlihat sungkan untuk sanling mengungkapkan perasaannya. Mereka selalu digoda oleh Risa dan Azka dan respon yang diberikan hanya senyuman malu diantara keduanya.
***
            Beberapa minggu terakhir, mereka disibukkan dengan banyak tugas masing-masing hingga mereka jarang kumpul seperti sebelumnya. Malam ini, Azka akan ke rumah Risa untuk sekedar ingin bertemu. Sejak hubungan mereka lebih dekat, mereka memang sering menghabiskan waktu berdua. Kebetulan orang tua Risa sedang berada di luar kota dan di rumahnya hanya ada kakaknya.
            Sampailah Azka di depan gerbang rumah Risa. Azka masuk melalui pintu gerbang yang terbuka dan mengetuk pintu rumah Risa. Risa yang sedang berada di kamarnya kemudian keluar dan menyuruh Azka untuk duduk di taman belakang rumah. Biasa dibilang taman ini memang basecamp atau tempat nongkrong untuk siapa saja yang datang ke rumah Risa. Mereka ngobrol seputar kesibukan mereka masing-masing dan Azka pun terpikir suatu hal.
            “Beberapa hari ini kita sibuk banget sama semua tugas dan membuat kita semua, aku, kamu, Lika, dan Vano jadi jarang banget kumpul dan aku kepikiran kalau lusa kita kan libur dua hari, gimana kalau kita semua hiking bareng aja?” kata Azka.
            Hiking? Kamu serius?” tanya Risa.
            “Yaa…kita ke Gunung Gede aja, kan deket dari Jakarta dan kita bisa lewat jalur Cibodas.” Jawab Azka.
            “Yaa…yaudah mending sekarang aku telfon Lika dan kamu telfon Vano buat kasih tahu hal ini.” kata Risa.
            Mereka memberi tahu Lika dan Vano. Lika telah diperbolehkan oleh orang tuanya, begitu juga dengan Vano. Mereka membagi tugas barang yang harus dibawa dan apa saja yang harus dipersiapkan bersama. Hingga menjelang larut malam, Azka memutuskan untuk pulang.
***
            Hari perjalanan pendakian mereka ke Gunung Gede pun datang. Mereka berangkat pukul tujuh pagi. Perjalanan kurang lebih tiga jam dari Jakarta menuju Cibodas dengan kendaraan roda dua. Mereka pun sampai di batas desa terakhir sekaligus jalur awal pendakian. Setelah mengecek perlengkapan, mereka bergegas menuju pos penjagaan untuk mengurus beberapa persyaratan pendakian dan data diri.
            Jarak dari gerbang menuju pos tidak terlalu jauh, tetapi untuk Lika yang jarang jalan lama dan panas-panasan akan terasa sangat melelahkan. Padahal ini belum seperempat dari perjalanan mereka nanti. Mereka mulai semua dengan melangkah. Perjalanan sampai puncak kurang lebih memakan waktu enam sampai delapan jam. Perjalanan dilanjutkan, mereka masih melewati perkebunan sayur sebelum memasuki  Hutan Pinus. Tampak segerombolan ibu-ibu pekerja tengah menikmati makanannya sambil memperhatikan mereka. Risa pun menyapa ibu-ibu itu dengan senyumannya.
            Jalan menanjak tajam semakin membuat Lika lelah. Vano berada di belakang Lika sambil memberi semangat dan menanyai apakah Lika masih mampu melanjutkan perjalanan atau perlu istirahat sejenak. langkah kaki semakin melambat. Pukul 13.00 WIB mereka sampai di pos pertama yaitu Telaga Biru untuk beristirahat, makan siang, dan sholat. Tawa dan canda mereka dapat menghilangkan semua lelah. Alunan langkah kaki dengan terik sang surya yang menancap tinggi di angkasa tak mereka rasakan.
            Hamparan lautan hijau dengan tiupan angin menemani setiap jejak mereka. Tiba-tiba Lika berteriak. Risa dan Azka yang berada di belakang langsung lari mendekati Lika. Ternyata kaki Vano terluka karena terkena batang rotan pada tungkainya. Segera Lika membasahi kain untuk membersihkan luka Vano. Risa mengeluarkan kotak P3K untuk mengambil penutup luka. Lika membalut luka Vano dengan sangat hati-hati. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan dengan perlahan.
            Medannya semakin terjal sehingga langkah kaki kembali melambat. Mereka harus melewati akar-akar pohon dengan kemiringan sekitar 40 derajat. Azka tidak yakin kalau mereka dapat sampai puncak malam ini. Dia khawatir dengan Risa dan Lika kalau mereka akan kelelahan. Tepat pukul 16.00 WIB peluh mereka terhenti saat sampai di Kandang Batu. Mereka berbagi tugas untuk mendirikan tenda dan mencari kayu bakar. Tenda telah berhasil didirikan. Terlihat sang raja siang mulai berjalan kembali ke peraduannya. Mereka sangat menikmati setiap detik onggokan jingga pergantian hari dengan munculnya ratu malam.
            Udara Kandang Batu malam itu begitu menusuk tulang. Pancaran sinar merah dari api dapat sedikit menghangatkan badan sambil memakan bekal mereka. Dibuatkanlah Azka segelas coklat hangat oleh Risa. Mereka duduk bersebelahan dengan Lika dan Vano yang sedang menikmati mie instan bersama. Setelah pukul delapan malam mereka memutuskan untuk tidur dan bangun pagi hari untuk menikmati sunrice.
***
            Azka bangun bersama Vano pukul empat dini hari, kemudian membangunkan Risa dan Lika yang masih tertidur lelap karena kelelahan. Setelah itu, mereka menunggu datangnya sang bagaskara di atas bukit dekat dengan tenda mereka. Ufuk timur mulai menampakkan pancarannya. Raja siang berjalan perlahan bersama iringan angkasa yang bermega. Sungguh indah sambil dinikmati bersama sahabat. Setelah menikmati keindahan itu, mereka mulai berkemas untuk melanjutkan perjalanan ke puncak.
            Langkah dan semangat baru muncul serta harapan mereka dapat sampai di puncak Gunung Gede bersama. Perjalanan mereka berlanjut hingga sampai di Kandang Badak. Mereka disambut dengan kabut tebal dan udara yang sangat dingin disertai dengan gerimis. Bebatuan dan tanah menjadi licin. Kaki Risa tergelincir, badannya  terjatuh menuju jurang. Vano yang posisinya di dekat Risa langsung menggapai tangan Risa, tetapi tanah yang licin mebuat Vano ikut terjatuh. Kepalanya terbentur batu dan badannya terguling hingga menabrak pohon. Sedangkan kaki Risa tersangkut ranting pohon.
            Azka berlari menolong mereka dan menyuruh Lika agar tetap berada di atas. Azka turun ke arah Risa untuk melepaskan kakinya dari jeratan ranting pohon. Kakinya penuh darah dan kemudian Risa digendong Azka ke atas. Lika mengeluarkan kain seadanya untuk membersihkan luka Risa dan Azka kembali menolong Vano. Vano masih bisa berjalan, dengan jidat berdarah dibantu Azka ke atas. Luka Risa telah dibersihkan oleh Lika, tetapi darah masih sedikit keluar. Risa kesakitan kemudian Azka membantu menenangkan dan mengobati lukanya perlahan. Darahnya telah membeku dan luka itu ditutupi Azka dengan kasa, sedangkan jidat Vano telah dibalut dengan plester oleh Lika.
            Setelah membersihkan pakaian yang kotor dan suasana yang telah membaik, mereka melanjutkan perjalanannya menuju puncak. Risa yang masih belum mampu berjalan dengan baik, kemudian dibantu Azka. Risa terlihat kedinginan dan dikeluarkanlah jaket Azka dari tas untuk sedikit menghangatkan badan Risa. Medan semakin berat membuat kaki Risa tidak memungkinkan lagi untuk berjalan. Dengan langkah yang sangat perlahan sambil tangan Risa dirangkulkan ke pundak Azka, mereka mencoba melangkah sedikit demi sedikit.
            Waktu menunjukkan pukul 12.30 WIB dan akhirnya mereka telah sampai di puncak Gunung Gede. Tangis haru menyertai mereka. Dengan semua rintangan mereka dapat sampai di puncak Gunung Gede besama. Mereka menikmati indahnya pemandangan dari ketinggian 2.958 Mdpl. Mereka sebenarnya ingin tetap tinggal selama semalam di sana, tetapi cuaca yang kurang baik dan udara yang terlalu dingin, mereka memutuskan untuk tidak mendirikan tenda di puncak. Pukul 14.00 WIB mereka mulai kembali perjalanan untuk turun.
            Indahnya Gunung Gede, membuat mereka memilih untuk menginap semalam lagi di Kandang Batu. Perjalanan kurang lebih empat jam telah mereka tempuh dengan beberapa kali istirahat dan pukul 18.00 WIB mereka sampai di Kandang Batu. Tenda kembali didirikan dan bekal makanan mereka tersisa sedikit. Akan tetapi, itu semua tidak terlalu mereka masalahkan, yang terpenting mereka dapat kembali dalam keadaan selamat dan selalu bersama. Mereka saling bercerita dengan canda tawa sambil makan sisa bekal mereka. Sebelum larut malam mereka telah beristirahat, apalagi untuk Risa yang harus memulihkan kakinya.
***
            Keesokan harinya, mereka berkemas dan bergegas turun kembali ke Cibodas. Azka mengantarkan Risa pulang naik taxi, karena tidak memungkinkan keadaan Risa sekarang jika Azka mengantarnya dengan motor. Sedangkan motor Azka dibawa oleh orang yang dibayar untuk mengendarai motornya sampai ke rumahnya. Azka berencana akan mengantar Risa ke Klinik untuk melihat kondisi kakinya.
            Vano yang keadaannya telah membaik dapat mengantarkan Lika kembali ke rumahnya. Luka Vano tidak begitu parah, sehingga Vano tidak ingin memeriksakannya ke dokter. Perjalanan mereka berempat berpisah di Cibodas untuk kembali menuju rumah mereka masing-masing. Perjalanan mendaki Gunung Gede merupakan perjalanan yang sangat penuh arti. Mulai dari persahabatan hingga kebersamaan yang sangat indah. Semua hal buruk dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, yang diperlukan hanyalah saling menjaga satu sama lain. Mereka tidak akan pernah melupakan perjalanan ini hingga suatu saat nanti mereka telah memiliki hidup baru.

stay tune 🌵🌹
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

You Are The Reason

You Are The Reason Calum Scott There goes my heart beating 'Cause you are the reason I'm losing my sleep ...